Dari percikan sarkas di lapak burung yang diposting dek ipan, sesungguhnya Yang Mulia tertawa karena kenyataannya Yang Mulia punya degree in biotechnology mostly because I wanted to do justice to science if I ever write stories with science in it.

Temen terdekat Yang Mulia pas SMA langsung tau aja pas denger Yang Mulia masuk fakultas biotek kalau itulah motivasi sesungguhnya selain "sayang banget anak IPA masuk (insert social/language majors)"

Sure, kamu bisa riset tentang itu semua buat tulisan, wawancara atau baca atau nonton, tapi doing it hits different.

I consider myself scientist first, then an amateur inkslinger, though, not the other way around.

Si empunya utas berkelahi sama orang yang bilang kalau membaca sastra itu penting untuk memupuk imajinasi. Mungkin empunya berkeras hati kalau itu bukan necessary condition buat ilmuwan karena yang diomongin adalah adult, professional scientist

Padahal membaca karya fiksi itu pentingnya saat masa kecil, seperti pentingnya segala hal yang membentuk karakter dan pola pikir suatu makhluk. Iya, ilmuwan nggak perlu baca fiksi bikos unrelated to their field, dan efeknya juga nggak seberapa, tapi...

professional scientists do enjoy fictions especially yang terkait bidang keahlian mereka bikos they can either appraise or loathe the content. At this point, ada yang dapet inspirasi, ada yang kesel, ada yang senang.
Reading fiction is mandatory for your childhood! Regardless who you become in the future